Yakin Kosmetik Vegan Pasti Halal?
FIlosofi vegan yang mengedepankan etika dengan tidak mengonsumsi apapun yang bersumber dari hewan (daging) termasuk juga bahan turunannya (susu, telur, dan madu) dianggap ideal dalam menjaga keberlangsungan ekosistem. Mengurangi konsumsi produk hewani tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan manusia, tetapi juga planet.
Kampanye isu keberlanjutan juga tak lepas dari perhatian industri kecantikan. Terbukti, semakin hari semakin banyak saja label kosmetik yang berlomba-lomba memproduksi makeup dan skincare dengan mengadopsi konsep ‘kembali ke alam’ atau ‘ramah lingkungan’ yang hanya berfokus pada penggunaan unsur nabati.
Tahukah kamu?
XCellR8 merupakan laboratorium pertama di dunia yang meneliti seluk-beluk vegan sekaligus memberlakukan bebas eksperimen pada hewan.
Menjamurnya kosmetik vegan praktis menarik minat konsumen Muslim, yang memang menjadi target pasar paling potensial. Proses produksi yang tidak memasukkan senyawa hewani sebagai bahan baku, bahan tambahan ataupun bahan penolong setidaknya mengurangi kekhawatiran akan kemungkinan produk tersebut terkontaminasi najis atau melibatkan eksploitasi hewan yang diharamkan dalam agama maupun hewan yang tidak disembelih sesuai syariat.
Dan sebagai Muslim, sudah sewajarnya untuk selalu memprioritaskan kehalalan termasuk dalam memilih produk perawatan yang akan kamu gunakan. Pasalnya, kulit merupakan organ terluas dan apapun yang diserap melalui kulit ‘dikonsumsi’ secara tidak langsung oleh tubuh sehingga apa yang diaplikasikan di permukaan kulit juga harus sesuai standar halal.
Namun, benarkah semua produk bersertifikat vegan halal meski tanpa dibubuhi stempel halal resmi dari lembaga kompeten yang berwenang?
Penting Diingat!
Menurut ajaran Islam, apapun yang halal dikonsumsi bagi tubuh, halal diaplikasikan pada kulit. Apapun yang haram dikonsumsi bagi tubuh, haram diaplikasikan pada kulit.
Berbasis tumbuh-tumbuhan yang dikenal kaya vitamin dan asam lemak esensial (Essential Fatty Acids), serta tanpa penggunaan senyawa kimia sintetis, kosmetik vegan memastikan hasil yang stabill dengan kualitas terbaik, baik dari segi warna maupun tekstur. Produk vegan juga cenderung mengecualikan paraben dan bahan-bahan sejenis sodium lauryl sulfate, formaldehyde, hydroquinone, dan mineral oil yang dianggap berbahaya dan berpotensi mengakibatkan kanker oleh banyak advokat green-beauty dan clean living. Kadang istilah ini bisa diartikan bebas gluten dan bebas pewangi sintetis; atau tersertifikasi organik. Meski tidak selalu.
Sederet keunggulan yang dimiliki nyatanya belum cukup bagi produk vegan untuk bisa dikatakan halal. Halal lebih dari sekadar mutu. Produk harus berpegang pada etika guna diakui kehalalannya. Sedangkan faktanya, walaupun secara esensi tidak memasukkan unsur hewani produk bersertikat vegan terkadang masih diuji coba pada hewan yang praktis menjadikannya tidak cruelty-free.
Alkohol juga masih mungkin digunakan sebagai komposisi primer maupun komplementer. Sementara, pemakaian alkohol dalam industri kosmetik merupakan perkara syubhat (berada diantara derajat halal dan haram, tidak atau belum jelas statusnya). Segelintir fatwa memang membolehkan penggunaan alkohol selama bukan berasal dari industri fermentasi atau pabrik khamr. Tapi bukankah Islam mengajarkan untuk meninggalkan hal-hal yang meragukan? Dan konsep halal tidak mengenal masuknya bahan haram pada level berapapun (zero tolerance). Akan lebih bijak jika kamu memilih produk yang bebas kandungan alkohol.
Sertifikat halal tentu membuktikan kredibilitas produk vegan yang dipasarkan sekaligus memberi jaminan bahwa mulai dari komposisi hingga regulasi produksi dan manufaktur sudah sesuai dengan syariat Islam.
Namun, bagaimana jika kamu tinggal di negara non-Muslim dimana sulit menemukan produk berlogo halal, entah itu lantaran langkanya lembaga sertifikasi nasional; prosedur rumit dan budget yang tidak sedikit dalam mendapatkan stempel halal sehingga banyak pebisnis enggan mendaftarkan produknya; sampai alasan politis terkait Islamofobia dan pemilik brand tidak mau ambil risiko bisnisnya merugi akibat tuduhan keberpihakan?
Untuk menilai legitimasi kehalalan produk vegan, paling tidak, bisa dilakukan dengan teliti membaca tabel komposisi sebelum memutuskan membeli. Tapi kalau kosakata ilmiah malah akan membuatmu sakit kepala, mengingat semua komposisi punya ribuan nama teknis dan paten, cara lebih sederhana: selalu perhatikan label ‘vegan’ dan ‘cruelty-free’ pada kemasan. Cek juga apakah produk tersebut memiliki simbol Leaping Bunny atau PETA Cruelty Free and Vegan, yang merupakan standar sertifikasi global bebas eksperimen pada hewan dalam semua fase proses produksi.
Jadi, apa kamu cukup percaya diri membubuhkan status ‘halal’ berdasarkan klaim pribadi?
Kontra Animal-Testing
Sempat diboikot sebagai negara tujuan pemasaran produk cruelty-free, China kini berupaya mengakhiri uji coba pada hewan untuk kosmetik impor.